PESANTREN DI TENGAH HIMPITAN GLOBAL

by September 19, 2018 0 komentar

Perkembangan hidup di era globalisasi yang semakin membeludak sekarang ini, seperti sudah mendekati titik nadir kehancuran. Globalisasi semakin mempengaruhi masyarakat untuk turut serta dalam meniti hidup yang terkesan modern. Segala bentuk aktivitas kehidupan tak lepas dari komponen global yang semakin menjelajah. Jika kita mau merenungkan secara seksama, persoalan yang melilit bangsa ini sebenarnya adalah menyangkut akhlak, moral, dan etika. Orang melakukan apa saja bebas tak terhalang asal tidak ketahuan, dan resiko ditanggung sendiri. Orang bisa bebas memanjakan diri tanpa rasa risih dengan lingkungan, karena masyarakat sudah sangat permisif.

Melihat pada sebuah fenomena yang memperlihatkan kemajuan dunia modern membuat masyarakat semakin antusias secara langsung ataupun tidak langsung yang terpengaruh oleh kemajuan dunia global saat ini. Terutama para pemuda, remaja atau pun para anak didik di negara kita yang semakin tren untuk mengadopsi budaya-budaya kebaratan. Kita lihat berapa banyak para pemuda yang semakin jauh dari nilai-nilai akhlak. Contohnya dari cara mereka berpenampilan dan berpakaian yang tidak sesuai dengan adat ketimuran (Ala Islam).

Batasan-batasan serta aturan-aturan berpenampilan sudah tidak dihiraukan lagi. Padahal sudah jelas dalam agama, khususnya agama Islam telah mengajarkan bagaimana dan dimana saja batasan-batasan aurat yang boleh diperlihatkan. Tetapi karena ketidaksadaran dan keinginan mereka untuk mencari tahu membuat mereka jadi salah langkah. Malah mereka semakin berani dan percaya diri dalam memamerkan pakaian mereka yang tidak senonoh serta penampilan yang mengundang kejahatan. Berapa banyak kasus-kasus kejahatan yang sering kita dengar dan kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang sebenarnya tidak jauh dari kesalahan yang mereka buat sendiri. Sehingga terkadang apa yang mereka atau kita rasakan adalah dampak buruk dari tindakan tersebut.

Lalu, selain itu bagaimana dengan cara berbicara dan bertutur kata yang tidak sesuai lagi dengan adat kehidupan orang timur yang menganut budaya ramah tamah, berbudi bahasa baik, sopan santun dan terdidik yang biasa bermunculan dari dunia pesantren. Semua sepertinya sudah pudar. Sering kita dengar berapa banyak kata-kata yang terbuang sia-sia dan tidak bermanfaat untuk dibicarakan. Seperti benar tapi tidak berisi. Berapa banyak kata-kata kasar yang terlontar dari mulut kita baik yang tidak disengaja atau pun yang memang sengaja diutarakan, seperti telah melekat dalam diri kita.  Padahal tidak satu pun agama mebolehkan berkata-kata kasar, berkata yang tidak ada manfaatnya apalagi Islam. Nabi mengajarkan, agar supaya memilih kata-kata yang bijak, serta menyusun redaksinya dengan bagus, karena khawatir akan menyakiti lawan bicaranya.

Dari itu, mari kita tengok adab sopan santun yang sudah tidak sejalan. Bagaimana cara mereka menghormati orang tua dan orang lain. Hormat kepada orang yang lebih tua, dan orang yang lebih muda dari mereka. Adakah kita lihat perbedaanya? Tidak bukan? Semuanya nampak sama. Malah yang sering terjadi adalah kesopanan tersebut sudah jarang terlihat. Rasa hormat seperti sudah tidak berperan lagi dalam proses sosialisasi kehidupan. Sehingga antara yang tua dan yang muda tak ada bedanya.

Demikianlah adanya budaya-budaya asing yang sering diartikan Globalisasi dan Modernisasi dan berdampak westernisasi yang masuk ke negara kita, semakin memperkuat merosotnya akhlak pada masyarakat khususnya para pemuda. Sehingga sudah jarang nampak lagi etika sopan santun terhadap orang lain. Budaya-budaya asing yang masuk ke negara kita, tidak sedikit kita jumpai sisi negatif yang terselip di dalamnya. Masyarakat pribumi yang kurang pengetahuan serta keteguhan akhlak terkadang tidak pernah menyaring budaya-budaya yang masuk tersebut. Begitupun dengan para pemuda dan kaum remaja yang mudah tergiur oleh kemodernisasian yang dibawa oleh bangsa asing.

Permasalahannya Lemahnya posisi orang tua dalam memberikan bekal pendidikanpun menjadi salah satu penyebab bagi anak dalam memilah milih mana yang baik dan buruk bagi dirinya. Selain itu lingkungan sekitar baik di sekolah, di pesantren ataupun masyarakat memiliki andil dalam peran anak dalam berkehidupan. Disinilah mental tersebut diuji. Mampu atau tidak kita membatasi diri dari hal-hal buruk tersebut, sangat bergantung pada tindakan kita dalam melawan arus globalisasiyang sering diartikan westernisasi yang semakin merajai negara kita.

Dari semua persoalan yang telah merasuki kaum remaja yang seakan-akan membenarkan persoalan yang seharusnya disalahkan. Mencari titik pembenaran walaupun dipaksankan. Maka, tanggung jawab besar bagi lembaga pendidikan baik sekolah terlebih pondok pesantren untuk mengurangi persoalan yang berdampak dari hadirnya globalisasi dan medernisasi yang telah menggrogoti budaya ramah tamah, berbudi bahasa baik, sopan santun dan sifat serta karakteristik kaum remaja.(*)

Oleh :
____________
*KHOFIFURROHMAN*, Penulis asal  Sana Laok Pamekasan itu aktif sebagai pembina umum Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting Banyuanyar Putra, sekaligus anggota FLP Cab. Pamekasan. Organisasi yang pernah digeluti antara lain; redaksi majalah Al-Ikhwan, suara saluran dakwah Istiqomah FM Banyuanyar dan Kelompok Kajian Kepenulisan ISTIQOMAH Community. Sekarang, pria yang sering melontarkan pesan “Jangan Mati Sebelum Punya Tulisan” itu masih berlabuh di PP. Banyuanyar sebagai Kepala Sekolah SMA Tahfidz dan divisi guru tugas.*

FLP Banyuanyar

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar