KIAT MELESTARIKAN TRADISI MENULIS BAGI SANTRI

by September 19, 2018 0 komentar

“Sejarah hanya bisa diukir dengan dua nuansa warna, hitam, adalah tinta para ulama, dan merah, darah para syuhada”
(Abdullah Azzam)

***

Tradisi menulis di kalangan santri perlu dilestarikan. Karena santri adalah satu-satunya generasi penerus para ulama yang bisa mencerahkan dunia dan peradabannya. Menulis tidak hanya dapat mengawetkan peradaban saja tapi juga menjadi sarana paling mudah dalam berbagi wawasan, pengetahuan serta pengalaman dengan sesama, utamanya oleh santri yang belajar lebih dalam tentang Islam.

Santri tidak boleh berhenti melahirkan karya-karya seperti halnya buku, buletin bahkan kitab. Mengapa demikian?  Karena merekalah satuh-satunya kader Islam di dunia yang layak menghidupkan tradisi menulis dan harus menyampaikan risalah para Nabi. Bukankah ulama-ulama terdahulu membuat Islam jaya yang salah satunya dengan karya mereka yang sangat mendakwah dan menciptakan perpustakaan-perpustakaan besar?

Kadang kala ada semacam perasaan pesimis dan ketidakpercayaan diri serta rasa tidak pantas menulis. Perasaan demikian timbul karena barang kali mereka sudah lupa terhadap firman Allah yang berbunyi;
“Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan, dialah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dengan nama tuhanmu yang maha pemurah yang mengajari (manusia) dengan  pelantaran qalam. Dia mengajari manusia apa yang tidak di ketahuinya ”(Qs. Al-alaq:)

Memang, pernah diriwayatkan oleh sahabat Abu Sa’id Al-Hudri bahwa Rasulullah SAW. Bersabda seperti berikut;
”Jangan kalian menulis dariku selain Al-Qur’an. Barang siapa yang melakukan itu, maka hapuslah ! ”

Namun kendati demikian, para ulama berpendapat bahwa larangan tersebut hanya kekhawatiran Rasulullah semata akan bercampurnya ayat-ayat Al-Qur’an dengan tulisan lain, sehingga dapat merusak subtansi isi al-Qur’an. Setelah khawatiran itu lenyap Nabi kita tidak saja sekedar memperbolehkan tapi lebih dari itu.

Jika kalian bukan anak raja atau bukan pula ulama besar, maka menulislah! begitu Imam Al- Ghazali mengatakan. Perkataan itu menyadarkan kita bahwa tradisi menulis merupakan tradisi yang sangat erat ikatannya dengan Islam. Sehingga perlu adanya kesadaran dari kita, selaku santri untuk selalu berupaya tau menulis dan berdakwah. Dwy Sadoellah juga mengatakan bahwa “para  santri harus diberi peluang revolusinya sendiri, sebuah revolusi wacana, revolusi pemikiran, lahap semua buku, diskusi dan menulislah. ”

Perlu diperhatikan oleh kita bahwa setiap tulisan yang kita publikasikan mampu mempengaruhi sudut pandang seseorang. Terkadang tulisan kita terlalu kritis. Sehingga, banyak menimbulkan konflik yang ujung-ujungnya membuat si penulis masuk penjara. Tentu kalian pernah mendengar buku yang berjudul ‘Membongkar Gurita Cikeas, Skandal dibalik Bank Century’ karya George Junus Aditjondro, yang ditarik peredaranya setelah hanya sehari dipasarkan. Penyebab ditariknya buku tersebut sebab unsur tulisannya menohok penguasa sebagai lakon dibalik skandal Bank century. Maka, dari itu sebelum kita menulis langkah awalnya adalah mencari sumber referensi sebanyak mungkin dan karya kita tidak boleh melanggar norma-norma tertentu, baik bagi agama maupun pemerintah.

Memang persoalan fasilitas di pondok pesantren serba terbatas. Namun kita tidak harus mempermasalahkannya. Biar saat ini karya-karya kita tidak tersebar luas, akan tetapi dua atau tiga tahun kedepan tulisan yang kta tulis harus melejit dan mengemparkan dunia. Pemikiran  seperti itulah yang perlu ditanam pada diri kita. Sehingga tradisi menulis tetap berjalan walaupun melalui media seadanya.

Tradisi menulis sangat penting bagi sebuah pesantren sebagaima media dakwah Islam. Sebab tradisi periwayatan lisan pada masa kini tidak memiliki kekuatan yang sama dengan periwayatan lisan pada masa sahabat. Jadi, santri harus menulis.(*)

Oleh :
__________________
*SYAIFUL ANWAR*, Sumenep sebagai kota kelahiran, pada 23 Maret 1997, tepatnya di desa Basoka Rubaru. saat ini duduk di bangku kelas XI BHS MA Darul Ulum Banyuanyar.

FLP Banyuanyar

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar